Sunday, February 27, 2011

ARTI CINTA

Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Cinta adalah persaan jiwa, getaran hati, pancaran naluri. Dan terpautnya hati org yg mencintai pada pihak yg dicintainya, dg semangat yg menggelora
dan wajah yg selalu menampilkan keceriaan.

Cinta dlm pengertian spt ini mrpk persaaan mendasar dalam diri mns, yg tdk bisa terlepas dan merupakan sesuatu yg essensial. Dlm banyak hal, cinta muncul utk mengontrol keinginan ke arah yg lebih baik dan positif. Hal inidpt terjadi jk org yg mencintai menjadikan cintanya sbg sarana utk meraih hasil yg baik dan mulia guna meraih kehidupan sbgmn kehidupan org2 pilihan dan suci serta org2 yg bertaqwa dan selalu berbuat baik.Apakah Islam mengakui cinta?

Krn Islam adalah agama yg fitrah, maka Islam mengakui ttg hal ini. Hal yg sangat mendasar dalam diri manusia. Namun Islam membagi beberapa tingkatan ttg cinta. Dan tingkatan2 cinta ini akan selalu ada dalam kehidupan ini sampai saatnya bumi dan seisinya dihancurkan oleh Allah.

Adapun dasar ttg tingkatan cinta dalam Islam, adalah firman Allah pada QS. 9 (At Taubah): 24).“Jika bapak2, anak2, saudara2, pasangan2, dan kaum keluarga kalian, harta kekayaan yg kalian usahakan, perniagaan yg kalian khawatirkan kerugiannya,

dan rumah2 tempat tinggal yg kalian sukai, lebih kalian cintai daripada Allah, Rasul-Nya dan (daripada) jihad di jalanNYa, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan siksaNya. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang2 yg fasik”

Cinta pada tingkat tertitinggi adalah cinta kepada Allah, rasulNya dan jihad dijalanNya.Cinta tingkat menengah adalah cinta kepada ortu, anak, keluarga, pasangan dan saudara.Adapun cinta yg paling rendah adalah cinta yg lebih mengutamakan harta, keluarga, daripada cinta kepada Allah, RasulNya dan jihad dijalanNYa.

Hikmah dari Cinta:1. Cinta adalah proses ujian yg keras dan pahit dalam kehidupan manusia. Apakah cinta itu dalam perjalanannya akan menghantarkannya kepada jalan yg mulia atau menghempaskannya kepada jalan yg hina.2. Jika tidak ada cinta maka di dunia ini tidak akan ada inovasi, pembangunan dan peradaban.3. Keberadaan cinta merupakan faktor dominan dalam melestarikan eksistensi manusia dan interaksinya dengan sesama manusia.

# Ketika cinta diarahkan kpd kebaikan, mk cinta dapat membawa keutuhan, perdamaian, kebaikan pada kehidupan bermasyarakat.# Cinta yg ditumbuhkan oleh factor keimanan, maka akan menghasilkan berbagai hal yg mengagumkan. Dapat mengubah sejarah, menegakkan puncak kejayaan dan kemuliaan dunia. Sebagai contoh adalah kehidupan generasi muslim pada masa dahulu.Dan masih banyak lagi hikmah yg lain dari adanya rasa cinta pada diri manusia.

Fenomena yg timbul dari tingkatan2 cinta yg ada akan menimbulkan efek yg berbedaPada fenomena tingkatan cinta yg tertinggi, maka akan membuat seseorg dalam hidupnya untuk selalu mendahulukan cinta kepada Allah , RasulNya dan jihad dijalannya. Dalam kehidupannya sehari2 tidak ada orientasi selain kepada Allah. Dia akan selalu merasa yakin bahwa segala sesuatu yg telah Allah tetapkan adalah yg terbaik bagi manusia Bahwa Allah lebih mengetahui daripada makhluknya. Kemudian, bagi seseorg yg sudah merasakan nikmatnya iman, maka dia akan selalu meneladani kepribadian Rasulluh, mencintai Rasululluh, kmdn dia juga akan mencintai jihad dijalanNya. Akan berjuang dengan segala apa yg dia miliki.

Firman Allah pada Qs. 28:68.“Rabbmu menciptakan apa yg Dia kehendaki dan memilih (seorg Rasul diantara hambaNYa). Sekali2 tidak ada pilihan bagi mereka. Maha suci Allah dan MahaTinggi dari apa yg mereka persekutukan (denganNya)

Qs. 33: 36“Tidaklah patut bagi seorg mukmin baik laki2 maupun perempuan jika Allah dan RasulNya telah menetapkan bagi mereka suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yg lain dalam urusan mereka…”
Qs.2:140

“Apakah kalian yang lebih mengetahui ataukah Allah?…”
Qs. 2 : 282“…dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”

Adapun dampak yg disebabkan oleh cinta tingkat menengah dalam membentuk karakter individu, keluarga, dan masyarakat telah amat nyata. Jika tidak Allah ciptakan cinta pada suami –istri maka tidak akan tercipta keluarga, tidak akan lahir anak-cucu, tidak akan terjadi proses mengasuh, mendidik dan memelihara anak.Jika tdk Allah ciptakan cinta pada anak, niscaya dalam jiwanya tidak akan ada semnagat kekeluargaan, tidak akan kokoh iktakan kekeluragannnya, tidak akan mengasihi saudaranya. Jika tdk Allah tanamkan rasa cinta pada manusia maka, mk tidak akan tercipta hubungan social antar bangsa yg dibangun atas prinsip ta’aruf (saling mengenal)

Dengan demikian cinta tingkat menengah ini amat penting untuk menciptakan kemashalatan pribadi dan keluarga khususnya dan untuk merealisasikan kemaahalatan antar bangsa dan seluruh ummat manusia pada umumnya.

Firman Allah tentang hal ini terdapat pada Qs. 49:10“Sesungguhnya orang2 mukmin itu bersaudara…”

Qs. 49 : 13“ Wahai manusia seseungguhnya Kami telah menciptakan kalian dari jenis
laki2 dan perempuandan Kami telah menjadikan kalian berbangsa2 dan bersuku2 agar kalian saling mengenal…”

Hadits riwayat Bukhari-muslim“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berbuat baik kepada tetangganya .., hendaklah dia menghormati tamunya”Dan masih banyak lagi ayat dan hadist yg menceritakan tentang hubungan antar manusia.

Fenomena Cinta tingkat rendahCinta jenis ini ada beberapa macam:

1. Mencintai thougut dan sesembahan selain Allah, seperti menyembah manusai, batu dsb.Qs. 2: 165“Diantara manusia ada orang2 yg menyembah tuhan2 selain Allah. Mereka mencintai tuhan itu sebagaimana mereka ( org2 mukmin yg mukhlis) mencintai Allah. Adapun org2 yg beriman jauh lebih besar cintanya kepada Allah (disbanding cinta org2 kafir terhadap tuhan2 mereka)…”

2. Menjalin tali kasih kepada musuh2 Allah. Qs. 60:1“Hai org2 yg beriman, jgnlah kalian menjadikan musuhKU dan musuh kalian sebagai teman2 setia, yg kalian sampaikan kepada mereka (rahasia org2 mukmin) karena kasih sayang (kepada mereka), padahal sebenarnya mereka telah ingkar terhadap kebenaran (kitab dan Rasul) yg datang kepada kalian..”

3. Mengumbar syahwat dan berkubang dalam Lumpur kekejian dan kehinaan.Qs.3:14 “Dijadikanlah indah pada (hati) manusia kecintaan kepada apa2 yg diingini, yaitu wanita2…”

4. Mencintai ayah,ibu,anak, istri, suami, keluarga, karir, tanah air melebihi cintanya kepada Allah, RasulNya dan Jihad dijalannya. Qs.9:24.“Jika bapak2, anak2, saudara2, pasangan2, dan kaum keluarga kalian, harta kekayaan yg kalian usahakan, perniagaan yg kalian khawatirkan kerugiannya, dan rumah2 tempat tinggal yg kalian sukai, lebih kalian cintai daripada Allah, Rasul-Nya dan (daripada) jihad di jalanNYa, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan siksaNya. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang2 yg fasik” Nabi salallahu ‘alaihiwassalam bersabda:“Tidak sempurna iman seseorg dari kalian hingga aku lebih dia cintai daripada bapak-ibunya, anaknyadan seluruh manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim).

5. Menuhankan hawa nafsunya, Qs. 45:23“ Bagaimanakah pendapatmu tentang org menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membirakannya sesat berdasarkan ilmuNya?…

Dengan demikian bagi seorang mukmin yg telah diliputi oleh manisnya iman, maka ia tidak akan rela jika dirinya diliputi oleh cinta pada tingkatan yg rendah yg akan membunuh karakter manusia dan menghancurkan kemuliaannya. Bahkan ia akan menjaga kesetiaannya hanya kepada Allah saja. Dia akan menjaga cintanya untuk tidak akan memberikannya kepada mush2 Islam, Dia akan menjaga syahwatnya, dan tidak melakukannya dijalan yg bahtil.Dia tidak akan mencintai kekayaannya, pasangan, anak, orag tuanya, keluarganya, kedudukannya melebihi cintanya kepada Allah, RasulNya dan jihad dijalanNya.

Pada akhirnya hanya diri kita sendiri yg akan menentukan pada tingkatan cinta yg mana kita berada. Dan hal ini hanya Allah dan diri kita saja yg tahu.

Semoga Allah senantiasa menjaga diri kita agar tidak terjebak pada cinta tingkat rendah.Ini saja yg biasa saya sampaikan, mohon maaf atas segala kekhilafan. Kebenaran hanyalah milik Allah SWT. **

Wassalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

DARI CATATAN SEORANG AKHWAT

Jika engkau semulia akhlak Rasulullah SAW…
Daku kan usaha seindah peribadi Khadijah
Ramai wanita mahu mengaku ‘First Lady’…
Membawa maksud akan amat istimewanya dia disisi seseorang!

Umpamanya seperti Michelle LaVaughn Robinson Obama, adalah wanita pertama keturunan Afrikana-Amerika yang pertama menjadi First Lady of United State. Menjadi kebanggaan orang berkulit hitam yang bermastatutin di dunia Amerika mahupun jalur benua terperosok Afrika. Hadir menemani suami tercinta di persada politik rumah putih USA.

Tapi bagi para muslimah, Michelle Obama bukanlah contoh terbaik untuk kita. Anda punya teladan yang lebih mulia lagi istimewa!

‘First Lady Ummah’ yaitu Saidatina Khadijah Radhiallhu’anha!

Beliau serta para isteri Rosulullah SAW yang lain, membawa peranan sebagai ‘Ummul Mukminin’. Istilah nama yang lebih mulia dari panggilan ‘First Lady’. Ummul Mukminin—Ibu segala orang Mukmin samada lelaki maupun wanita.

Khadijah RAH bukan hanya istimewa di mata Rosullullah SAW yaitu suaminya yang tercinta tetapi bahkan seluruh ummah ini yaitu Umat Islam sejak dari zaman para sahabat hinggalah ke hari Akhirat. Namanya akan senantiasa disebut-sebut dan dikenang sebagai contoh ikutan serta suri tauladan yang sepatutnya bagi para wanita muslimah yang bergelar isteri maupun ibu.

Mahu meraih gelaran seperti Saidatina Khadijah?

Istimewanya Khadijah bukan karena harta simpanannya yang berkarung banyaknya. Atau karena keturunan bangsawan yang dimilikinya, tetapi istimewanya adalah karena ‘khidmat cemerlangnya’ sebagai seorang isteri kepada lelaki paling mulia di dunia ini yaitu Rosulullah SAW!

Amat jauh berbeda dengan wanita-wanita yang kononnya dewasa ini memegang gelaran sebagai ‘first lady’.. Jika kita tenung dan renung, mereka digelar ‘first lady’ hanya-sanya kerana menjadi isteri kepada seseorang yang berharta, berkuasa ataupun punya nama semata-mata!

Sedangkan Rosulullah SAW?

Lelaki mulia yang tidurnya pada pelepah kurma. Berselimutkan kulit kambing yang apabila ditarik ke atas terbukalah kaki baginda dan bila ditarik ke bawah maka terlihatlah bagian atas badan Rosulullah SAW yang mulia… Betapa tidak berhartanya suami kepada Khadijah Radhiallahu ‘anha!

Ibn Abbas menceritakan tentang Saidatina Khadijah. Diriwayatkan pada suatu hari Rosulullah SAW membuat garis di atas tanah, baginda pun kemudian bertanya kepada para sahabat: “Adakah kamu sekalian mengetahui mengenai ini?” Sahabat menjawab: “Alloh dan Rosul-Nya yang lebih mengetahui.” Baginda pun bersabda: “Sebaik-baik wanita di dunia ini ada empat orang yaitu Maryam Binti Imran, Asiah puteri Muzahim (isteri Firaun), Khadijah Binti Khuwailid dan Fatimah Binti Muhammad.”

Hadirnya sang khadijah sebagai pelengkap kepada ‘Bahtera Dakwah’ Rosulullah SAW.

Sepanjang hidup bersama Rasulullah, Siti Khadijah setia setiap masa menyertai baginda dalam setiap peristiwa suka dan duka. Setiap kali suaminya ke Gua Hira, beliau pasti menyiapkan semua bekalan dan keperluannya. Seandainya Rosulullah agak lama tidak pulang, beliau akan meninjau untuk memastikan keselamatan baginda.

Sekiranya Baginda khusyuk bermunajat, beliau tinggal di rumah dengan sabar sehingga Rosulullah pulang.


Apabila suaminya mengadu kesusahan serta berada dalam keadaan gelisah, beliau coba sedaya mungkin mententeram dan menghiburkannya sehingga suaminya benar-benar merasai ketenangan. Setiap ancaman dan penganiayaan dihadapi bersama. Malah dalam sekecil-kecil perkara kegiatan peribadatan Rosulullah, Khadijah RAH pasti bersama dan membantu baginda seperti menyediakan air untuk mengambil wudhu’ sekalipun.


Kecintaan Siti Khadijah bukanlah sekedar kecintaan ‘biasa’ kepada suami, sebaliknya jelas berlandaskan keyakinan ‘luar biasa’ terhadap keesaan serta janji Alloh SWT.

Segala pengorbanan untuk suaminya adalah ikhlas untuk mencari keridhaan Alloh. Alloh Maha Adil dalam memberi rahmatNya. Setiap amalan yang dilaksanakan dengan penuh keikhlasan pasti mendapat ganjaran yang berkekalan. Di dunia pun Allah dah berikan ‘anugerah’ ummul mukminin dan Rodhiallahu ‘anha kepadanya…

Saidatina Aisyah pernah menceritakan betapa cemburunya beliau kepada Saidatina Khadijah.

Direkodkan dalam sebuah hadist yang panjang di bawah ini:

“Belum pernah aku cemburu terhadap isteri-isteri Rosulullah SAW sebagaimana cemburunya aku kepada Khadijah, padahal aku tidak pernah melihatnya. Tetapi Rosulullah SAW selalu menyebut-nyebut namanya, bahkan adakalanya menyembelih kambing dan diberikannya kepada sahabat-sahabat Khadijah.

Pernah aku berkata, “Bukankah Khadijah itu seorang wanita tua? Bukankah Allah sudah memberikan kepadamu pengganti, isteri yang lebih muda dan baik daripadanya?”.

Lalu Rosulullah SAW menyebut,

Tidak! Demi Allah ! Dia (Alloh) tidak memberikan seorang pengganti yang lebih baik daripadanya. Dia (Khadijah) telah beriman kepadaku pada saat orang-orang mengingkariku. Dia membenarkan ajaran yang aku bawa di saat orang-orang mendustakanku.

Khadijah membantuku dengan menginfakkan segenap hartanya ketika orang-orang menahan hartanya dariku dan Allah mengaruniakanku beberapa orang zuriat dari rahimnya yang tidak diberikan oleh isteri-isteri yang lain”—Hadis Riwayat Imam Ahmad, Sila rujuk Al-Isti’ab karya Ibnu Abdil Ba’ar...

Waallohu A'lam bhisowaab..

Thursday, February 24, 2011

Sahabat Sejati

Kehidupan manusia sebagai mahluk sosial, tidak terlepas dan tak akan pernah terlepas dari faktor lingkungan di sekitarnya. Manusia tidak mungkin hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Satu dengan lainnya akan sangat saling membutuhkan, sehingga adanya lingkungan yang baik merupakan suatu anugerah istimewa dalam hidup kita. Dengan keberadaan lingkungan yang sehat dan baik, tentunya akan membuat kita merasa nyaman tinggal di lingkungan tersebut.

Dalam kehidupan kita sehari-hari, baik di lingkungan masyarakat, tempat kerja, sekolah atau dimana pun kita berada, alangkah beruntungnya bila kita menemukan dan mendapatkan sahabat sejati. Dengan adanya sahabat sejati, hidup kita terasa lebih bermakna dan menjadikannya sebagai motivasi untuk terus menjalani kehidupan ini dengan sebaik-baiknya. Untuk mendapatkan sahabat sejati ini terkadang tidaklah mudah, dan hal itu tentunya memerlukan waktu dan proses.

Sahabat sejati merupakan ikatan pertemanan yang didasari oleh ikatan batin diantara keduanya. Persahabatan sejati sangat dipengaruhi oleh faktor ketulusan, kecintaan, kasih sayang, pengorbanan, pengertian dan saling memotivasi. Jika faktor-faktor itu telah dimiliki oleh teman kita termasuk diri kita, maka persahabatan sejati pun akan terbentuk dengan sendirinya. Tanpa faktor-faktor di atas, mustahil sebuah persahabatan sejati akan terbina. Jika kita ingin mempunyai sahabat sejati, maka terlebih dahulu diri kita sendiri harus mempunyai jiwa seperti yang disebutkan di atas.

Ketika diri kita bersedih, sahabat sejati akan berusaha menghibur diri kita. Ketika diri kita ditimpa kesulitan, sahabat sejati akan berusaha membantu meringankan kesulitan kita. Ketika kita memerlukan bantuan seorang teman, sahabat sejati akan membantu dengan ketulusan dan pengorbanannya. Ketika diri kita ada kesalahan dan kehilafan, sahabat sejati akan berusaha mengingatkan diri kita. Begitupun sebaliknya, jika teman kita sedang ditimpa kesulitan dan kesusahan, diri kita pun berusaha untuk membantu meringankan beban mereka dan melakukan apapun yang bisa kita lakukan untuknya.

Selain faktor-faktor di atas, ada faktor penting yang harus dijaga keberadaannya yaitu kejujuran dan saling menjaga kepercayaan. Kejujuran dan saling menjaga kepercayaan merupakan faktor yang wajib dimiliki bila kita ingin menjalin persahabatan yang sejati. Jika kejujuran dan kepercayaan telah ternoda, maka jangan harap persahabatan yang abadi akan terbina. Kejujuran dan kepercayaan merupakan unsur persahabatan yang lahir dari hati nurani yang paling dalam. Kesucian akan kejujuran dan kepercayaan haruslah tetap terjaga dan jangan mencoba merusaknya dengan sebuah keburukan jiwa dan nafsu, karena jika sudah rusak akan sulit mengembalikan seperti semula.

Setiap manusia berharap memiliki sahabat sejati dalam mengarungi hidupnya. Keberadaan sahabat sejati ini sangat penting keberadannya sebagai motivator hidup dan tempat mencurahkan isi hati dan perasaan jiwa. Terkadang jika kita memiliki masalah baik itu masalah berat maupun ringan, dan kita bisa berbicara dengan sahabat sejati kita, seolah-olah permasalahan itu sedikit demi sedikit sirna. Mungkin hal itu sebagai dampak psikologis atas keberadaan seorang sahabat sejati di tengah-tengah kehidupan kita.

Persahabatan yang dilandasi perasaan cinta dan kasih sayang, kejujuran dan kepercayaan, pengertian, ketulusan serta kedekatan jiwa, akan menjadikannya pertemanan yang abadi sampai kapan pun dan dimana pun kita berada. Persahabatan sejati tidak akan terpisah oleh waktu dan tempat. Kita sering mendengar dan melihat berbagai kisah persahabatan sampai usia renta, hal itu tentunya jika memiliki unsur-unsur persahabatan seperti di atas. Semoga kita pun mendapatkan sahabat sejati yang akan terus menjalin pertemanan sampai akhir hayat kita.

Sumber: http://maknahidup.blogdetik.com/

Pelajaran Iblis Kepada Para Muridnya

Alhamdulillah kita masih diberikan umur panjang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga kita masih bisa bersilaturahim kembali. Meneruskan tulisan saya sebelumnya tentang “Kenalilah Musuhmu!” dimana saya merujuk pada sebuah kitab berjudul “Hiwarun ma’a Iblis” buah karya Muhammad Abduh Al-Maghawuri, maka Alhamdulillah saya bisa meneruskan kembali tausiyahnya dan mudah-mudahan membawa manfaat pada kita semua. Semoga kita semua selalu waspada dan berhati-hati setiap saat sepanjang masa dari segala tipu daya, hasutan dan bisikan Iblis laknatullah, dan semoga Allah Ta’ala memberikan kekuatan dan perlindungan kepada kita semua, Amin.

Muhammad Abduh Al-Maghawuri dalam kitabnya mengatakan bahwa sesungguhnya Iblis laknatullah itu mempunyai lembaga pendidikan besar yang menampung banyak murid dari golongan Syaitan laknatullah beserta bala tentaranya. Jika salah satu dari Syaitan-syaitan laknatullah itu menghadapi kesulitan dalam pelajaran, ia bisa langsung belajar di hadapan guru besar Iblis laknatullah dan menanyakan apapun yang ia tidak mengerti.

Dari beberapa kisah yang tidak saya tuliskan disini karena keterbatasan dalam penyajiannya termasuk mempersingkat tulisan, Muhammad Abduh Al-Maghawuri mengatakan bahwa dari kisah-kisah tersebut, dapat diambil pelajaran bahwa pelajaran yang diberikan Iblis laknatullah kepada para Syaitan laknatullah sangat besar bahayanya bagi umat manusia. Diantara pelajaran pokok itu adalah :

1. Iblis lanatullah melarang para muridnya berputus asa dalam menggoda anak cucu Adam. Mereka (Syaitan dan bala tentaranya) disuruh terus menggoda manusia dari semua sisi dan dengan segala macam cara serta sarana apa saja. Iblis melarang seluruh muridnya berputus asa, namun menyuruh mereka menggoda manusia agar berputus asa, karena putus asa adalah sesuatu yang telah Allah Ta’ala peringatkan agar manusia menjauhinya. Hal ini berdasarkan kisah ketika Nabi Isa Alaihi Salam dilahirkan dan saat itulah para malaikat menjaganya. Dan diantara beberapa Syaitan laknatullah ada yang merasa putus asa karena malaikat menjaga Nabi Isa Alaihi Salam.
2. Iblis laknatullah menyuruh Syaitan laknatullah beserta bala tentaranya untuk menggunakan berbagai tipu dayanya agar manusia memiliki sifat terburu-buru, dan ketidak hati-hatian. Karena dengan sifat itu menjadikan manusia melakukan dosa-dosa yang tidak ia sadari.
3. Iblis laknatullah mengajarkan agar para Syaitan laknatullah menggunakan berbagai macam cara yang dapat mengantarkan manusia kepada kemaksiatan dan kekufuran. Dan kekufuran adalah sesuatu yang paling Iblis laknatullah senangi, karena kekufuran manusia adalah mutlak menyebabkan ia abadi berada di neraka.
4. Iblis laknatullah memberikan pesan penting kepada Syaitan laknatullah dan bala tentaranya untuk menghalang-halangi manusia yang akan berjuang di jalan Allah dan tidak rela membiarkan mereka mati sebagai mujahid, yang akan memasukannya ke dalam surga.
5. Iblis laknatullah menyuruh kepada para syaitan laknatullah agar manghancurkan manusia dengan menanamkan sifat ketamakan (rakus) dan iri hati atau dengki. Dengan iri dan tamak, orang bisa berbuat apa saja yang tentunya menambah dosa-dosa lainnya. Hal ini berdasarkan kisah dari dialog Iblis dengan nabi Nuh Alaihi salam.
6. Iblis laknatullah mengajarkan kepada para Syaitan laknatullah agar menggoda manusia sehingga ia perutnya selalu berada dalam kekenyangan dan berlebihan dalam hal makanan. Hal ini berdasarkan kisah dialog iblis dengan nabi Zakaria Alaihi Salam.
Berkata Lukman Al-Hakim dalam kisah ini: “Jika lambung dipenuhi dengan makanan maka pikiran akan tertidur, jauh dari hikmah dan anggota badan akan malas diajak untuk beribadah”
7. Iblis laknatullah menyuruh para Syaitan laknatullah dan bala tentaranya agar lebih menggoda para ‘Abid (orang-orang ahli ibadah) dan jangan terlalu menyibukkan diri dengan menggoda orang-orang Alim.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Abbas ; Sesungguhnya para Syaitan pernah berkata kepada Iblis, “Wahai tuan guru, kami gembira dengan kematian orang Alim (orang-orang ahli ilmu agama) dan tidak dengan kematian seorang ‘Abid. Sebab kami tidak bisa mengoda orang Alim. Sedangkan orang ‘Abid gampang kami goda.”
Iblis berkata, “Ayo, berangkatlah kalian. Para Syaitan itu pun berangkat mendatangi orang ‘Abid ketika sedang khusyu beribadah, lalu berkata, “Kami ingin bertanya kepada Anda, mampukah Allah Tuhanmu memasukkan bumi ini ke dalam telur?” “Saya tidak tahu”, jawabnya. Lantas Iblis berkata kepada para Syaitan, “Apakah kalian melihat satu kekufuran pada jawaban si ‘Abid tadi?” Pertanyaan itu dijawab sendiri oleh Iblis untuk mengajarkan satu ilmu kepada para Syaitan itu. “Sungguh dia telah kufur karena telah meragukan kekuasaan Allah,” ujarnya. Kemudian ia ganti mendatangi seorang Alim dan berkata, “Kami ingin bertanya kepada Anda?” “Oh silahkan tanya”, jawab si Alim. Lalu Iblis bertanya, “Bisakah Tuhan Anda memasukan bumi ke dalam telur?” “Ya bisa,” jawabnya tegas. “Bagaimana caranya?” Orang Alim itu menjawab dengan mengutip firman Allah : “Sesungguhnya perintah-Nya , jika Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, jadilah! Maka jadilah ia.”

Setelah mendengar jawaban orang alim seperti itu, Iblis kembali dengan membawa kegagalan dan kekecewaan. Lalu ia berkata kepada para Syaitan, “Beginilah ulama merusak rencana kita dengan segala cara.”
Dari kisah di atas, orang Abid yang gemar ibadah tapi bodoh, akan gampang sekali jatuh ke dalam perangkap Iblis laknatullah. Dia tidak mendatangkan manfaat kecuali untuk dirinya sendiri. Lain dengan orang Alim, disamping tidak bisa dibohongi atau digoda iblis, dia juga mendatangkan manfaat baik bagi dirinya maupun orang lain, karena ilmu agama yang dimilikinya.

Maka saya mengajak kepada para Saudaraku seiman, Sahabat dan pembaca tulisan ini, agar kita senantiasa menuntut ilmu agama dengan kesungguhan dan menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Karena orang yang berilmu akan lebih sulit mendapatkan godaan daripada orang ‘Abid yang sangat gemar beribadah namun sedikit ilmu yang ia miliki. Dimana ia hanya menyandarkan diri pada taklid buta dan hanya meneruskan ilmu yang diajarkan secara turun temurun, namun tidak ada tuntunannya dari Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam.

Setelah keluar dari sekolahan Iblis laknatullah, murid-muridnya ini selanjutnya disebar dan siap untuk menggoda manusia yang lengah akan tipu dayanya. Menurut pendapat beberapa ulama, Iblis laknatulllah mempunyai lima anak murid yang masing-masing diberikan ijasah. Kelima murid itu ialah Mutsbir, A’war, Mabsuth,Dasim dan Zalnabur.
Mutsbir membawa ijasah dari Iblis laknatullah dengan spesialisasi menggoda manusia manakala ia mendapat musibah, sehingga manusia melukai dirinya, merobek-robek saku, menampar pipi, memukul-mukul kepala dan menyebarkan ajaran-ajaran jahiliyah lainnya. A’war membawa ijasah yang bidangnya khusus menangani masalah perzinaan dan menghiasinya agar tampak indah di mata manusia. Sedangkan Dasim mengantongi ijasah yang ahli tentang ilmu marah dan mengadu domba antar suami isteri. Adapun Zanabur membawa ijasah yang dinyatakan sebagai pemilik pasar atau membuat manusia melakukan berbagai kejahatan dan kecurangan dalam perniagaannya.

Selain mereka masih ada beberapa murid yang tamat dari sekolahan itu, diantaranya Khanzab, Syaitan laknatullah yang khusus menggoda orang shalat. Walhan, Syaitan laknatullah yang menggoda manusia ketika akan dan sedang wudhu. Ringkasnya semua Syaitan laknatullah yang tamat dari madrasah Iblis laknatullah tugas pokoknya adalah menggoda manusia dan menyesatkannya dari jalan yang lurus.

Demikianlah beberapa pelajaran penting Iblis laknatullah kepada para muridnya. Mudah-mudahan kita semua selalu waspada terhadap godaan Syaitan laknatullah dan bala tentaranya, karena mereka akan menggoda kita dalam setiap gerak langkah kita. Semoga kita semua diberikan kekuatan dan perlindungan dari Allah Ta’ala, agar mereka para Syaitan laknatullah dan bala tentaranya tidak membawa kita kepada lembah kemaksiatan dan kekufuran, Amin.

Karena banyaknya materi yang harus disampaikan dan saya harus meringkasnya sendiri, maka beberapa materi lainnya pun Insya Allah akan saya lanjutakan kembali di postingan berikutnya, Insya Allah mudah-mudahan kita semua dipanjangkan umur oleh Allah Ta’ala. Dan hanya satu niatan dalam diri saya, hanya ingin menyampaikan sedikit ilmu, sehingga akan memperkaya ilmu agama kita, sesuai dengan pernyataan Iblis laknatullah, bahwa mereka akan sulit menggoda ahli ilmu, namun mereka tidak akan pernah putus asa untuk menggoda mereka. Allahu ‘Alam bi Showab.

Sumber: http://maknahidup.blogdetik.com/

Ada Apa Dengan Hati?

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Semoga Allah Ta’ala senantiasa melimpahkan kebahagiaan, keselamatan dan keberkahan-Nya pada kita semua, Amin. Dan kita semua berlindung kepada Allah dari segala tipu daya Syaitan laknatullah, yang senantiasa membawa kita pada kesesatan dan kehinaan di dunia hingga akhirat.

Iblis

Setelah beberapa waktu yang lalu saya menuliskan sebuah tausiyah sederhana tentang Iblis laknatullah dengan judul Kenalilah Musuhmu dan Pelajaran Iblis kepada Para Muridnya, maka dalam benak saya selanjutnya adalah selalu termotivasi untuk mengevaluasi diri dan memahami tentang hakikat hati yang sesungguhnya dalam diri kita, karena hati adalah sasaran utama tipu daya Syaitan laknatullah dalam diri manusia, selain pandangan serta panca indera lainnya. Sebuah bahasan yang cukup rumit dan memerlukan kehati-hatian dalam penyampaiannya, serta yang paling utama adalah ilmu yang menyertainya. Namun saya akan berusaha belajar agar selalu mengerti hakikat hati manusia yang sesungguhnya dengan kedangkalan ilmu serta keawaman saya dalam ilmu Dien. Dan saya merasa bahasan ini sangatlah luas, karena ia mendominasi semua permasalahan yang ada dalam diri kita dan saya hanya akan mengulas secara garis besarnya saja terlebih dahulu. Semoga Allah meridhai tulisan saya ini dan memaafkan saya bila menyimpang dari kebenaran, karena sesungguhnya Dialah pemilik mutlak akan suatu kebenaran.


Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak pernah dan tak akan pernah menciptakan sesuatu apapun dengan sia-sia dan berlepas tangan terhadap apa yang telah Dia ciptakan. Begitu juga dengan diciptakannya manusia sebagai khalifah di muka bumi, maka segala sesuatu tercipta menyertai kesempurnaan fisiknya, dan salah satunya adalah hati yang sangat luar biasa peranannya bagi manusia, sebuah kendali hidup yang akan membawa manusia ke dalam kenikmatan sesungguhnya atau kenikmatan sesaat, sebuah kebahagiaan hakiki atau kebahagian fana, dan bisa menjadi penentu apakah Surga atau Neraka yang akan kita tempati dengan kekekalannya. Maha Suci Allah dengan segala penciptaan-Nya.

Ada apa dengan hati? Itulah yang selalu ada dalam benak saya, sebuah anugerah yang memerlukan ilmu dan keimanan untuk menggalinya serta mengetahui hakikatnya. Dan kesempurnaan manusia itu adalah dengan diciptakan-Nya hati sebagai pengendali utama perilaku hidup. Manusia memiliki tujuan dalam proses penciptaan-Nya, yaitu selain tugas utama untuk beribadah, maka hal lain yang menyertai kewajiban itu serta yang perlu kita tindaklanjuti selanjutnya adalah menelaah bagian-bagian penting yang melekat pada proses ibadah itu sendiri, yaitu keberadaan hati manusia sebagai bagian penting organ tubuh manusia, baik secara lahiriah maupun batiniahnya.

Allah Yang Maha Kuasa atas tiap-tiap mahluk-Nya dan Dialah sebagai Sang Pencipta apapun yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia menciptakan manusia dalam berbagai kesempurnaan anggota tubuhnya dengan tidak sia-sia, serta apapun yang ada dalam jiwa dan raga manusia akan dimintai pertanggungjawabannya, Dia juga membebankan kewajiban terhadap kita dengan perintah dan larangan-Nya. Lalu Dia mewajibkan kita untuk memahami petunjuk-Nya, baik secara rinci maupun global. Dia juga membagi mereka ke dalam orang-orang yang selamat dan orang-orang yang celaka. Allah menempatkan kita pada suatu keadaan dan tingkat yang berbeda sesuai dengan keimanan dan ketaqwaannya. Dan Dia pun memberikan kepada kita bahan atau sarana untuk merealisasikan ilmu dan amal yakni hati, pendengaran, penglihatan, mulut, dan anggota tubuh lainnya sebagai nikmat dan anugerah-Nya dan kesemuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya. Sebagaimana firman Allah :

“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Israa ‘ : 36)

Dan inilah hati yang saya maksudkan, karena hati bagi segenap tubuh manusia adalah laksana raja yang mengatur bala tentaranya, yang semua perbuatan kita berasal dari perintahnya, lalu ia gunakan sekehendaknya, sehingga semuanya berada di bawah kekuasaan dan perintahnya, dan dari padanya juga sebuah kesesatan maupun istiqamah akan tercipta serta dari padanya pula sebuah niat termotivasi atau bahkan menjadi sirna. Maka karena hal inilah Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda :

“Ketahuilah, sesunguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging, jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh.” (H.R. Bukhari Muslim)

Dari keterangan di atas, maka hati itu adalah rajanya. Dialah pelaksana dari apa yang diperintahkan, yang menerima hidayah-Nya, dan tidaklah suatu amalan menjadi lurus dan benar kecuali bersumber dari tujuan dan maksudnya. Hati inilah yang paling bertanggungjawab terhadap semuanya, sebab setiap pemimpin akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya. Maka sudah sepantasnyalah kita memperhatikan dan meluruskan hati sebagai prioritas utama dan pertama, kemudian kita berusaha untuk mendeteksi serta mengobati berbagai penyakit yang ada dalam hati kita.

Pada saat musuh Allah dan musuh kita semua, yaitu Iblis laknatullah mengetahui bahwa poros dan sandarannya adalah hati, maka ia membisik-bisiknya, menghembuskan aroma kejahatannya, membuat menawan berbagai bentuk subhat juga maksiat, menggodanya dalam berbagai keadaan dan amalan yang menghalanginya dari jalan yang benar, menghamparkan sebab-sebab kesesatan yang memutuskannya dari sebab-sebab taufiq, dan memasang untuknya jaring serta tali agar tak ada satu pun yang selamat dari tipu dayanya. Dan tidak ada tipu daya yang akan menyebabkan menusia terjerembab kedalamnya, kecuali dengan senantiasa memohon pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, mencari sebab-sebab keridhaan-Nya, menyandarkan dan menghampiri-Nya dengan menghinakan diri di hadapan-Nya namun selalu berharap dari Kasih Sayang-Nya. Karena tanpa pertolongan Allah, kita tidaklah memiliki kuasa untuk menahan dari segala tipu daya Syaitan laknatullah. Dan akan sangat beruntunglah mereka yang termasuk ke dalam golongan orang-orang yang mendapat jaminan-Nya sebagaimana disebutkan dalam Ayat-Nya :

“Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka.” (Q.S. Al-Hijr : 42)

Dan inilah sesungguhnya yang akan memutuskan hubungan antara seorang hamba dengan Syaitan laknatullah. Sebuah penghambaan diri terhadap Tuhannya dan keikhlasan yang selalu melekat dalam hatinya. Dua unsur ini merupakan hal yang akan dijauhi godaan Syaitan laknatullah dan tidak ada kuasa mereka terhadapnya. Dan orang yang bersemayam keikhlasan dalam hatinya, maka meraka termasuk golongan dimana Syaitan laknatullah tidak bisa mendekatinya, dan itulah perkataan dari musuh kita. Karena jika hakikat Ubudiyah dan keikhlasan telah merasuk ke dalam hatinya, maka sesungguhnya merekalah orang-orang yang paling dekat dengan Allah dan dengan demikian ia akan termasuk dalam pengecualian ayat dimana Iblis laknatullah tidak akan mampu menggoda suatu golongan manusia yang dalam hatinya tertanam keikhlasan yang kuat, sebagaimana perkataan mereka yang diabadikan dalam Firman Allah :

“Kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.” (QS. Shaad : 83)

Maka jagalah hati kita untuk senantiasa menghambakan diri kepada Allah, bukan pada manusia apalagi kenikmatan duniawi, bukan pada kekuasaan semata terlebih kenikmatan syahwat belaka. Dan tanamkanlah keikhlasan sedalam-dalamnya pada diri kita, agar Syaitan laknatullah tidak mampu mendekati, mengajak, bahkan membawa kita kepada kesesatan yang nyata, kepada kemaksiatan yang akan menyebabkan kenistaan seorang hamba. Dan bila kita mengerti dan memahami hakikat hati yang sesungguhnya, maka insya Allah kita akan mengetahui berbagai penyakit hati dan obatnya serta berbagai bisikan Syaitan laknatullah yang merupakan musuh abadi kita. Dan Insya Allah kita akan mengetahui keadaan hati kita yang sesungguhnya, yang merupakan pengendali utama tubuh dan amalan kita. Karena sesungguhnya keadaan hati yang buruk adalah berasal dari tujuan hati yang buruk, lalu dengan perbuatan buruk itu hati menjadi keras dan penyakitnya itu akan bertambah terus hingga akhirnya menjadi hati yang mati. Hati yang jauh dari kebenaran, hati yang jauh dari penciptaan awalnya, hati yang jauh dari nur Allah sehingga menjadi hati yang tiada berguna. Maka tinggalah ia tanpa kehidupan dan penerang, dan ia telah berada dalam kegelapan yang sesungguhnya, sebuah kehidupan tanpa pelita sedikit pun. Dan akhirnya mereka akan termasuk golongan orang-orang yang merugi, sengsara di dunia dan mendapatkan siksa di akhirat kelak serta menjadikan dirinya sebagai teman Syaitan laknatulah di neraka yang kekal abadi tak berujung. Naudzu Billah min Dzalik.

Maka saya mengajak kepada Saudara-saudaraku seiman, marilah kita bersama-sama berusaha untuk mengerti hakikat hati ini, agar kita tidak menyesal suatu saat nanti, dimana tidak ada lagi amalan ibadah yang bisa kita perbuat, jikalau hari telah usai. Dan marilah kita saling mengingatkan di antara kita, sebagai kewajiban seorang muslim terhadap muslim lainnya. Ulasan sederhana saya ini hanyalah sebagai motivasi awal saja, agar kita lebih mendalami hakikat hati ini. Dan Engkau bisa mempelajari lebih dalam tentang hal ini, tentunya pada orang yang benar-benar ahli ilmu Agama dan menjadikan ilmu itu sebagai landasan hidupnya, karena saya hanyalah seorang yang awam dan sedang belajar menuntut ilmu Dien, serta berusaha mengamalkan dengan sekemampuan saya. Dan saya berharap kapan-kapan ada kesempatan saya untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan hati ini, tentunya atas ijin serta ridha-Nya, Amin.

Apabila perkataan saya ini benar, maka sesungguhnya ia datangnya dari Allah Ta’ala dan apabila perkataan saya salah, maka itulah diri saya yang bodoh, sebagai manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kehilafan. Semoga Hidayah-Nya, Pertolongan-Nya, Kasih Sayang-Nya senantiasa dilimpahkan pada kita semua, Amin.

Sumber: http://maknahidup.blogdetik.com/

Cinta Kasihmu Selalu Dalam Jiwaku

“Adalah suatu kebahagiaan dan keberuntungan ketika seorang anak dapat setiap saat bertemu dan berkumpul dengan orang tua tercinta. Dan adalah sebuah ujian dan pengorbanan ketika seorang anak harus rela terpisah dengan orang tua tercinta demi masa depan dan kehidupannya yang lebih baik. Namun semuanya adalah suatu ketetapan serta kehendak-Nya yang harus kita jalani dengan penuh sabar dan ikhlas. Semuanya akan terasa indah jika saja cinta dan kasih sayang tertancap kuat dalam hati serta jiwa kita. Semuanya akan bisa kita nikmati dan syukuri selama kita meyakini bahwa Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya, Dan apapun serta bagaimanapun jalan hidup kita, sesungguhnya itulah yang terbaik bagi kita di sisi Allah.”

Wahai Ayahandaku tercinta.….Wahai Ibundaku tercinta…..

Semoga Engkau senantiasa ada dalam kesehatan, keselamatan, keberkahan serta kedamaian hidup. Semoga Engkau senantiasa Allah berikan perlindungan dan kemudahan dalam setiap langkah kehidupanmu serta dalam setiap hembusan nafasmu. Semoga Engkau menjadi hamba-hamba pilihan-Nya dan termasuk ke dalam golongan orang-orang yang beruntung baik di dunia terlebih di akhirat nanti…Amin Yaa Robbal Alamin.

Wahai Ayahandaku tersayang.….Wahai Ibundaku tersayang…..

Inilah putramu yang telah Engkau besarkan dengan penuh kesusahan lagi kepayahan. Inilah putramu yang telah membuat Engkau banyak berkeringat demi masa depan buah hatimu. Inilah putramu yang senantiasa merepotkan serta membebani hidupmu semenjak kecil. Inilah putramu yang senantiasa mendorong Engkau untuk bekerja siang malam demi menafkahi serta menyekolahkan anak-anakmu. Dan Engkau pun kini telah melihat putramu telah tumbuh dewasa dan semoga selalu ada dalam pengharapanmu.

Wahai Ayahandaku tercinta…..Wahai Ibundaku tercinta…..

Putramu akan senantiasa mengenang setiap jengkal langkah pengorbananmu yang ikhlas. Putramu akan senantiasa mengingat belaian kasih sayangmu yang tulus. Putramu akan senantiasa berusaha menjalankan pesan yang Engkau amanahkan serta tanamkan pada buah hatimu. Putramu akan senantiasa berusaha untuk tetap menjadi permata hati yang membahagiakan serta membanggakan hidupmu. Putramu akan senantiasa berusaha melakukan apapun yang membuat hati serta pikiranmu merasa damai lagi tentram. Dan hingga kini pun putramu senantiasa mengharapkan kucuran do’a serta restumu.

Wahai Ayahandaku tersayang…..Wahai Ibundaku tersayang…..

Hingga kini putramu belum bisa mengabdi dan berbakti sebagaimana yang telah Tuhan ajarkan. Hingga kini putramu belum mampu membalas budi atas segala kasih sayangmu yang tulus terhadap hidupku. Hingga kini putramu belum mampu memberikan sesuatu yang terbaik bagimu. Hingga kini putramu belum mampu menempatkanmu pada kondisi yang semestinya putramu usahakan. Hingga kini putramu belum bisa menyempatkan diri untuk melepas kerinduan lebih lama bersama keluarga tercinta. Dan mungkin hanya waktu serta atas Kuasa-Nya pula lah yang dapat membuktikan bahwa betapa putramu sangat mencintai serta menyayangimu.

Wahai Ayahandaku tercinta…..Wahai Ibundaku tercinta…..

Dulu putramu merasa nyaman dan tentram tatkala berada di sampingmu dan walaupun kini putramu berada jauh darimu, namun putramu tetap merasakan ketenangan karena Engkau selalu ada dalam hatiku. Dulu putramu sangat bahagia tatkala Engkau memanjakanku dan hingga kini pun putramu senantiasa berharap Engkau akan memanjakanku dengan kasih sayangmu. Dulu putramu sangat gembira tatkala Engkau bawakan ke hadapanku beberapa hadiah dan hingga kini pun putramu senantiasa mengharapkan Engkau membawa hadiah bagi putramu dalam do’a, ridha serta restumu.

Wahai Ayahandaku tersayang…..Wahai Ibundaku tersayang…..

Ketika wajahmu tersenyum manis, putramu sungguh merasakan adanya keteduhan dan kehangatan dalam pandanganmu. Ketika lantunan suaramu terdengar, telingaku merasakan selalu ada kebaikan dalam lisanmu. Ketika perintah isyaratmu keluar, hatiku merasakan adanya kelembutan dalam perilakumu. Ketika Engkau mengajariku, pikiranku dapat merasakan ada ketegasan dalam bijakmu. Dan putramu akan senantiasa berusaha mengabarkan apa yang telah Engkau ajarkan pada diriku, untuk mengajarkan kembali kepada putra putriku kelak.

Wahai Ayahandaku tercinta…..Wahai Ibundaku tercinta…..

Walaupun kini putramu tinggal dan berada jauh dari kehidupanmu, namun percayalah hatiku sangatlah dekat denganmu. Walaupun kini putramu tidak dapat melihat Engkau setiap hari, namun yakinlah bahwa wajahmu selalu terbayang dalam pikiranku. Walaupun kini putramu tidak merasakan belai kasihmu secara langsung, namun putramu percaya bahwa Engkau tetaplah seperti yang dulu. Walaupun kini putramu tidak mendengar suaramu setiap saat, namun lisanmu selalu terngiang di telingaku. Walaupun kini putramu tidak mendapatkan pelajaran hidup berharga karena jarak memisahkan kita, namun pelajaran dan pengalaman hidupmu sesungguhnya telah tertanam dalam jiwaku. Dan putramu senantiasa berharap dan terus berdo’a semoga Sang Khalik akan mengumpulkan kita di Surga-Nya kelak, Amin.

Wahai Ayahandaku tersayang…..Wahai Ibundaku tersayang…..

Kini putramu sedang berusaha mewujudkan impian serta harapanmu. Kini putramu dapat mandiri berkat do’a serta restumu. Kini putramu dapat hidup layak seperti orang lain berkat pelajaran serta bimbinganmu. Kini putramu dapat menemukan jati diri sesungguhnya berkat arahan serta binaanmu. Kini putramu senantiasa berusaha untuk menjadi insan yang lebih berguna bagi sesama. Dan andai saja Engkau saat ini ada di sampingku, ingin rasanya putramu memeluk erat dirimu dengan penuh cinta kasih.

Wahai Ayahandaku tercinta…..Wahai Ibundaku tercinta…..

Putramu mengajak Engkau dengan penuh kerendahan hati dan dengan tidak mengurangi rasa hormatku padamu, marilah kita senantiasa bersyukur atas segala nikmat serta karunia yang telah Sang Khalik augerahkan kepada kita semua. Tanpa Kuasa-Nya, kita semua tidaklah akan menjadi apa-apa dan tanpa Rahmat-Nya, kita semua tidaklah bisa merasakan nikmatnya hidup serta kehidupan ini.

Wahai Ayahandaku tersayang…..Wahai Ibundaku tersayang…..

Putramu yang kini berada jauh darimu akan selalu merindukanmu. Putramu yang kini tidak berada dihadapanmu akan selalu menyayangimu. Putramu yang kini tidak berada disampingmu akan selalu mencintaimu . Putramu yang selalu ingin Engkau sayangi, senantiasa mengharapkan agar Engkau selalu ada dalam pengharapanku.

Wahai Ayahandaku tercinta…..Wahai Ibundaku tercinta…..

Semoga Allah senantiasa menjaga serta mengasihimu…semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan serta keselamatan bagimu… semoga Allah senantiasa memberikan kemudahan serta keberkahan untukmu…Semoga Allah menjadikanmu sebagai calon penghuni Surga juga menjadi hamba-hamba pilihan-Nya..,semoga Allah menetapkan Engkau termasuk golongan orang-orang yang beruntung, Amin,

“Sesungguhnya do’amu senantiasa kuharapkan, restumu senantiasa kunantikan, ridhamu senantiasa kuinginkan, kasih sayangmu senantiasa kudambakan…wahai Ayahandaku tercinta…wahai Ibundaku tersayang.”

Sumber: http://maknahidup.blogdetik.com/

Menjangkau Hidup Benar dengan Akhlaq Indah Terpuji

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithan. Barang siapa yang mengikuti langkah-langkah syaithan, maka sesungguhnya syaithan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, TETAPI ALLAH MEMBERSIHKAN SIAPA YANG DIKEHENDAKI-NYA. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. An Nuur (24) : 21)

Setiap manusia mendambakan arahan perjalanan hidup yang serba pasti dan jelas, yang bagi ummat Islam arahan perjalanan hidup yang serba pasti dan jelas itu ialah Al Qu’an. Beratnya langkah untuk hidup secara pasti dan jelas ialah karena langkah manusia dikencongkan oleh syaithan. Makin terbelok-terbujuk manusia, makin tebal kerak dosanya. Bila diibaratkan, maka perjalanan manusia memikul dosa ibarat seekor unta yang berjalan timik-timik, menyeberang lautan pasir luas tanpa batas, mencari tujuan akhir hidupnya tanpa kepastian dan kejelasan.

Maka dengan penuh rasa hiba melihat manusia yang sungguh berat memikul beban dosa, Allah menyeru sekalian manusia para hamba-Nya untuk hidup bebas dari beban dosa, artinya untuk hidup benar dengan akhlaq indah terpuji. Seruan itu, dalam Al Qur’an diungkapkan dengan kata seru: “Wahai”. Pertanyaannya, tidakkah manusia khususnya ummat Islam memperhatikan bagaimana cara Allah menyeru kepada manusia? Bila manusia khususnya ummat Islam jeli memperhatikan dengan “rasa indah” di dalam firman-Nya, baik dari segi kata, bahasa maupun intonasi/nada kata, akan dirasakan “adanya getar jalinan kelembutan dan keakraban Allah dengan manusia”.

Maksud dialirkan getar kelembutan dan keakraban-Nya dalam menyeru manusia, tidak lain untuk memancing kesadaran manusia, bahwasanya bagaimanapun dan siapa pun manusianya tidak akan dapat melepaskan dirinya dari Allah, disebabkan ALLAH SELALU MENGAKRABKAN DIRI DENGAN MANUSIA. Meskipun manusia berusaha membuat jarak dengan Allah, Allah tetap menyeru dengan bahasa dan kata yang mengandung kelembutan dan keakraban. Inilah yang menjadikan manusia sulit melepaskan diri dari Allah. Dalam hal ini cara Allah menyeru manusia dibagi dalam beberapa kelompok disesuaikan dengan tingkat keyakinan. Melalui cara Allah dalam menyeru manusia ini saja, jika manusia khususnya ummat Islam mau mengambil pelajaran berhikmah, maka tampaklah di dalamnya kandungan pelajaran “cara mendidik dan membina akhlaq yang indah”.

Sebab siapa pun kelompok dan tingkat keyaqinan manusia, menyeru manusia dengan sebutan kata “Wahai”. Pada kata “Wahai” inilah terdapat getar kelembutan dan keakraban antara Allah selaku Pencipta dengan manusia selaku yang dicipta. Demikianlah cara Allah menghargai ciptaan-Nya. Selagi Allah selaku Pencipta masih saja bersikap menghargai ciptaan, anehnya mengapa manusia selaku sesama ciptaan tidak saling menghargai, bahkan sebaliknya saling mencerca dan mencela? Seruan Allah terhadap manusia berdasarkan kelompok yang disesuaikan dengan tingkat keyaqinan di antaranya adalah: “Wahai Rasul”, “Wahai Nabi”, “Wahai Manusia”, atau seperti pada awal ayat di atas “Wahai orang-orang beriman”, “Wahai orang-orang kafir”, “Wahai Bani Isra’il”, “Wahai orang-orang munafiq”, “Wahai ahli kitab”, dan lain-lain.

Demikianlah, Allah memanggil hamba-Nya semata-mata karena kemurahan dan kasih-Nya, sedangkan bagi manusia, seseorang yang dipanggil oleh atasannya, biasanya karena akan diberi penghargaan. Misalnya, seorang presiden yang memanggil salah seorang warganya untuk diberi penghargaan berbentuk tanda jasa karena memang telah nyata jasanya bagi negara dan bangsa. Namun bagi Allah, Dia memanggil para hamba-Nya bukan karena kebaikan atau keburukan si manusia tetapi semata-mata karena belas kasih dan hiba-Nya. Maksudnya, “Allah akan tetap memberikan pertolongan-Nya tanpa didahului permintaan si hamba”.

Allah tak menunggu si hamba memohon dengan penuh harap, kejujuran dan ketulusan. Meskipun si hamba belum memohon-meratap dengan penuh sungguh dan harap, jujur disertai ketulusan hati, Allah tetap mengulurkan tali pertolongan-Nya. Maka sudah sepatutnya bila manusia khususnya ummat Islam mensyukuri tali pertolongan Allah itu. Pertanyaannya, bagaimana cara mensyukurinya?

Yang banyak dilupakan oleh ummat Islam ialah mengkaji kandungan makna keilmuan yang ada di dalam Al Qur’an. Pernahkah ayat-ayat Al Qur’an itu diperhatikan dengan seksama, dan lanjut dengan memohon secara sungguh-sungguh agar Allah memudahkan untuk memahami, mengerti dan menyikapi petunjuk arah perjalanan hidup itu?

Pernahkah direnungkan mendalam kata demi kata, dalam ayat-ayat, surah-surah, bagian-bagian Al Qur’an (‘juz’), pada segi persoalan apa Allah menolong si hamba?

Pada ayat-ayat dengan kata seru “Wahai” (harfun nidaa’ يَآ ) itulah antara lain, terdapat bukti nyata pertolongan Allah bagi si hamba. Terasa betul bagaimana belas-kasih Allah kepada si hamba. Apabila dalam juz tertentu si hamba diseru Allah dengan “Wahai orang beriman”, seakan tersirat suatu makna bahwa Allah menghendaki si hamba makin tumbuh kokoh keimanannya. Seperti misalnya pada ayat pembuka di atas. (QS. An Nuur (24) : 21), manusia beriman diseru untuk mewaspadai bujukan-bujukan syaithan dan diingatkan bahwa bujukan-bujukan syaithan itu hanya mengajak kepada perbuatan sesat dan sifat tercela. Dengan cara mencermati demikian itulah, muncul sedikit demi sedikit rasa syukur dalam diri si hamba. Artinya, Allah menggerakkan di hamba untuk mensyukuri petunjuk dari sisi-Nya yaitu Al Qur’an. Jika ayat demi ayat diresapi, akan terasa benar bahwa maksud Allah menurunkan Al Qur’an ialah mengulurkan tali pertolongan bagi ummat manusia yang ada dalam kubangan lumpur dosa dan kesesatan.

Dan bagi tiap pribadi, Allah mengulurkan tali pertolongan itu tanpa didahului permintaan si hamba. Bukankah Al Qur’an dan Rasul-rasul pun diturunkan tanpa pernah ada permintaan dari ummat manusia? Dengan cara mengkaji dengan mendalam seperti itu, akan terasalah bahwa Allah tetap akan menolong si hamba semata-mata karena Allah melihat perjalanan hidup si hamba terbebani sangat berat oleh dosa. Khususnya, Allah sangat hiba melihat perjalanan hidup si hamba terbebani sangat berat oleh dosa dalam rangka menselaraskan kehendak dirinya, yang dimunculkan si hamba dalam bentuk kegiatan hidup dan kehidupannya, agar selaras dengan kehendak-Nya.

Namun meskipun Allah hendak menolong para hamba-Nya, Allah tetap menunggu kesadaran dan jihad si hamba keluar dari kubangan dosa. Banyak ummat Islam yang telah berupaya dengan penuh kesungguhan untuk keluar dari kubangan dosa dan sifat tercela, namun sayangnya, tak semuanya mengetahui dengan pasti dan jelas, apa yang menghambat upaya mereka. Di sinilah Al Qur’an menunjukkan jalan. Dalam setiap juz tertentu terdapatlah secara sangat jelas, dalam hal apa sebenarnya manusia terbebani, yaitu apabila isi kandungan ayat dimana Allah menyeru dengan “Wahai” terasa berat untuk dilaksanakan. Pada persoalan yang ditunjukkan oleh isi kandungan ayat itulah sebetulnya Allah hendak menolong, tetapi, si hamba terbebani sangat berat oleh keadaan dirinya sendiri. Itulah tujuan mengkaji dan menggali dan mensikapi kandungan makna keilmuan Al Qur’an dengan mencermati secara mendalam dan penuh seksama ayat demi ayat dan kata demi kata.

Selanjutnya, tentu muncul pertanyaan: sebetulnya, apakah beban yang sangat berat itu? Beban itu ialah kegiatan “mendongkel iblis dalam diri”. Maksudnya ialah “mendongkel sifat-sifat tercela, sifat kebinatangan atau sifat iblisiyah yang ada dalam diri sendiri”. Karena iblis hanya dapat memboncengi sifat tercela. Sifat-sifat iblisiyah dalam diri itu misalnya:

· Sombong,

· Putus asa,

· Tamak,

· Iri,

· Dengki,

· Serakah

dan lain-lain yang sangat bisa jadi bukan muncul secara terang-terangan dalam ucap-sikap perilaku jasadiyah seperti berpacaran atau korupsi, namun yang banyak terjadi ialah sifat tercela yang lebih tersembunyi, yaitu sikap tercela bathiniyah yang keberadaannya “dibantu” dan dibenarkan oleh logika, misalnya sok gengsi karena merasa telah berilmu.

Keberadaan sifat-sifat itulah yang akan ditunjukkan oleh isi kandungan ayat-ayat Al Qur’an, di mana Allah menyeru dengan seruan “Wahai”. Untuk setiap bagian Al Qur’an atau juz, ayat-ayat yang bermuatan seruan Allah itu sangat perlu untuk dicermati dengan seksama, jika kita bertekad bulat hendak “mendongkel” habis sifat-sifat tercela “tempat bersembunyi” atau “pintu masuk” iblis dalam diri.

Meskipun sifat tercela itu telah “didongkel” dalam arti, dengan pertolongan Allah semata, telah diupayakan untuk dihindari dan tidak lagi menjadi sandangan diri, namun masih saja ada “tanaman” iblis dalam diri, yaitu dalam bentuk sifat tercela yang lebih halus sifatnya, misalnya:

· Selalu ragu

· Selalu beranggapan berfikir secara mengira-ngira tanpa kepasti-jelasan

· Berangan-angan/berkhayal

· Minta perhatian, penghargaan atau penghormatan atas prestasi-prestise-nya

Laksana tanaman benalu, begitulah “tanaman iblis” dalam bentuk sifat tercela dalam diri manusia. Maka sesungguhnya, dengan mengkaji secara seksama Al Qur’an selaku petunjuk perjalanan hidup yang pasti dan jelas, ibarat kita memenuhi seruan Allah yang menghimbau para hamba-Nya untuk melaksanakan perjalanan melepaskan diri dan kehidupan dari lilitan benalu! Maksudnya, untuk melepaskan diri dari sifat tercela iblisiyah.

Manusia dihimbau untuk mewaspadai sifat tercela iblisiyah, karena umumnya seperti yang dapat disaksikan di kehidupan alam, tepat di saat benalu mendapatkan tempat hidup di tengah-tengah kehidupan tanaman lain atau di hati tanaman lain, maka di saat itu pulalah dalam waktu seketika saja benalu itu pun tiba-tiba telah berhasil berkembang dan meluas, bahkan keberadaan si benalu dapat menutupi, dalam arti menguasai seluruh jenis tanaman lain yang sudah ada sebelumnya.

Demikian itulah gerakan benalu sifat iblisiyah yang tercela. Dalam secepat kilat dapat menguasai jantung-jantung kehidupan, membuat tanaman lain hanya terlongo-longo tak berdaya, apa pun yang dimaui si benalu terpaksa tanaman lainnya, yiatu ruh, rasa, hati, dan aqal manusia harus mengikutinya.

Kini jenis tanaman lain tersebut yang semula menjadi penghuni di lahan sendiri tetapi sekarang jenis tanaman lain tersebut harus menjadi tamu di lahannya sendiri, yang semula jenis tanaman lainnya bebas mengatur pertumbuhannya kini untuk menghirup nafas saja sudah sangat sulit, karena setiap gerak nafasnya harus pula mengikuti apa-apa yang diperintahkan si benalu yang menempel pada sifat nafsu yang tercela.

Demikian itulah nasib pertumbuhan ketenagaan ruh, rasa, hati dan aqal manusia yang sudah terlanjur memberikan kesempatan hidup bagi benalu sifat tercela iblisiyah dalam dirinya.

Dengan memahami, mengerti dan kemudian lanjut mensikapi ayat-ayat Al Qur’an sebagai arahan perjalanan hidup yang pasti dan jelas menuju hidup benar dengan akhlaq indah terpuji maka ketenagaan dalam diri manusia ruh, rasa, hati, aqal dan nafsunya akan tumbuh bebas berkembang sesuai dengan kefitrahannya.

Ciri bila timbul benalu dalam diri adalah keadaan lelah-letih dalam jiwa, misalnya: mengalami kejenuhan hidup, tak jelas membedakan yang haq dan yang bathil, bingung, nyaris putus asa, tak ada gairah perjuangan hidup, segan malas berbuat kebaikan. Keadaan kejiwaan tersebut menyebabkan ketenagaan yang tak selaras-lurus dengan kefitrahan, dan akhirnya muncul dalam jasad: lelah-letih pada bagian-bagian tubuh, atau bahkan gangguan kesehatan dan fungsi badan: di perut mual, kepala pusing, alat vital dan reproduksi, THT, dan lain-lain mengalami sakit atau tak normal fungsinya, yang sesungguhnya adalah pemunculan belaka dari ketidak-sehatan jiwa.

Secara kandungan makna keilmuan, hal-hal tersebut pun sebenarnya telah dinampakkan oleh kata-kata dalam ayat-ayat Al Qur’an. Kalam Ilaahi Al Qur’an berbukti-nyata menjelaskan segala sesuatu, sebagaimana firman-Nya: …

“…Dan Kami turunkan Kitab (Al Qur’an) itu (untuk) menjelaskan segala sesuatu (QS. An Nahl (16) : 89).

Persoalannya terpulang kembali kepada kita ummat Islam; maukah mensyukuri ni’mat karunia Allah tersebut. Dan maukah dengan kesungguhan berupaya, agar tidak termasuk ke dalam golongan yang telah disinyalir oleh Rasulullah S.A.W. dalam firman-Nya sebagai berikut:

“Berkatalah Rasul: “Ya Rabbku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al Qur’an ini sesuatu yang tidak diacuhkan (tak dikaji dan disikapi dengan sungguh-sungguh)” (QS. Al Furqaan (25) : 30).

Bukankah mausia mendambakan arahan perjalanan hidup yang serba pasti dan jelas, yang bagi ummat Islam arahan perjalanan hidup yang serba pasti dan jelas itu sudah tersedia, yaitu Al Qur’an?

Sumber: http://hikmahrenunganmalam.wordpress.com/